Dari Muba Untuk Muba

Blog ini bisa menjadi jendela bagi Kita, Jendela seputar kiprah, kegiatan, ide pikiran , gagasan saya dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin daerah Kabupaten Muba. Saya Ingin Masyarakat lebih tahu sejauh mana saya menjalankan amanah ini, dalam penyajiannya Blog ini harus menyajikan info WAJAH YANG TANPA TOPENG. Semoga dapat memberi manfaat. - Salam !

Jumat, 09 November 2012

Pemimpin Yang Merakyat... itulah Yang dirindukan Rakyat....


















Dikisahkan, ketika Umar bin Khathab menjabat sebagai amirul mukminin, di suatu malam beliau berkeliling kota dengan seorang pembantunya. Semua rumah gelap menandakan penghuninya sedang tidur nyenyak. Ada satu rumah yang pintunya masih terbuka sedikit. Karena tertarik, Umar mendatanginya. Ternyata ada tangis seorang anak yang suaranya hampir habis karena lelah menangis. ''Mengapa anak itu menangis terus, apakah sakit?'' tanya Umar bin Khathab. Seorang ibu menjawab, ''Tidak, dia menangis karena lapar.''

Umar melihat ke dalam, di tungku ada api yang menyala dan di atasnya ada kuali yang menandakan si ibu sedang memasak sesuatu. ''Tapi ibu kelihatannya sedang memasak. Apa itu yang sedang dimasak?'' kembali Umar bertanya. Si Ibu mempersilakan tamunya yang tak dia kenal itu untuk melihat sendiri isinya. Betapa terpana Umar setelah dilihatnya kuali itu isinya batu. ''Mengapa ibu rebus batu itu?'' Ibu itu menjawab supaya anaknya tahu seolah-olah ibunya sedang memasak dan berhenti menangis. ''Itu yang dapat saya lakukan sampai Anda datang,'' katanya.

Terharu Umar mendengarnya, matanya tertunduk ke bawah dan menggeleng sedih. Saat itu pembantu Umar mengatakan, ''Apakah ibu tidak tahu, di Madinah ada amirul mukminin di mana ibu dapat memberitahukan keadaan ini untuk mendapatkan pertolongannya?''

Langsung ibu itu menjawab, ''Andai kata di kota ini memang ada seorang khalifah, ada amirul mukminin, maka dialah yang seharusnya datang kepada kami untuk melihat nasib kami, rakyatnya yang kelaparan ini. Bukan saya yang mesti datang kepadanya.''

Mendengar ucapan itu Umar bin Khathab langsung lemas kedua kakinya. Segera ia bergegas mengajak pembantunya pergi untuk mengambil sepikul gandum. Ketika Khalifah Umar yang sudah tua itu akan memikulnya sendiri, pembantunya melarang, ''Biarlah saya yang membawakannya untuk ibu itu, ya Amirul Mukminin,'' katanya. ''Tidak,'' jawab Umar, ''akulah yang bertanggung jawab kepada Allah atas kejadian ini. Bukan kau. Akulah yang akan ditanya di akhirat nanti.'' Umar memanggul sendiri gandum untuk rakyatnya yang kelaparan itu.

Kisah di atas adalah cermin kekuatan rakyat dan pemimpin. Rakyat yang miskin tetap memelihara prinsip tawaru' atau menjaga harga diri dari meminta-minta. Dia rakyat yang tetap memelihara kehormatannya sebagai orang merdeka, yaitu ''orang yang patut diberi tetapi pantang meminta karena kehormatannya''. Dia pantang mengemis kepada penguasa sekalipun mereka itu dalam keadaan miskin atau sedang dalam kelaparan yang parah.

Di sisi lain ada kekuatan rohani seorang pemimpin. Dia menyesal karena kelalaiannya melayani rakyatnya. Dia merasa bahwa terlaksananya kesejahteraan sosial itu tidak cukup diwakilkan kepada para pembantunya. Sebagai rasa tanggung jawabnya bahkan ia sendiri yang memanggul gandum itu untuk diberikan kepada rakyat. Demikianlah seharusnya para pemimpin itu. Mereka tidak pernah kehilangan spirit untuk mewujudkan keadilan sosial.

sumber republika (@kuharumi)

1 komentar:

  1. Mudah mudahan pak beni konsisten seperti ini terus ! Saya sangat suka gaya kepemimpinan pak beni sejauh ini , tdk protokoler , mau turun kelapangan, insyallah kami dukung terus ..lanjutkan pak!

    BalasHapus

Komentar