Pada tahun 2003, Presiden Hugo Chavez meluncurkan sebuah program baru untuk menopang ketersediaan pangan: “organopónico Bolivar”. Ini adalah program berkebun dengan pola organik di wilayah perkotaan.
Program ini dirancang untuk menyediakan makanan segar dan aman kepada rakyat. Selain telah menopang ketahanan pangan, program ini juga sukses untuk menopang keindahan kota, menambah pendapatan keluarga, tempat praktek untuk pelajar, dan tempat rekreasi warga kota.
Dengan program ini, pemerintah Venezuela berharap bisa mengakhiri ketergantungan terhadap makanan siap saji dan impor pangan. Banyak rakyat Venezuela, umumnya klas menengah ke atas, langsung mengkonsumsi makanan dari McDonald dan Wendy’s saat bangun tidur.
Lalu, sebagai akibat kehancuran sektor pertanian, Venezuela harus mengimpor 80% dari kebutuhan pangannya. Sementara di Amerika Serikat, yang notabene negara industri, hanya mengimpor 13% kebutuhan pangannya. Selain itu, sebagian besar penduduk di perkotaan Venezuela adalah kaum urban.
Menurut catatan FAO, sekitar 92% penduduk Venezuela hidup dan bekerja di kota dan hanya 8% yang hidup di daerah pedesaan. Akhirnya, soal ketersediaan pangan di kota sangatlah mendesak untuk dijawab.
Untuk memperkuat program kebun kota itu, pemerintah Chavez membentuk Program Khusus untuk Ketahanan Pangan (SPSF). Lalu, sejak Januari lalu, pemerintahan Chavez meluncurkan misi AgroVenezuela. Program ini merupakan jalan radikal untuk menjadikan pertanian sebagai kunci pembangunan. Melalui program ini, pemerintah memberi bantuan kredit, memberikan akses teknologi, dan memperkenalkan pertanian organik.
Chavez menjadikan “pertanian kota” sebagai bagian penting dari program AgroVenezuela. Setidaknya dengan program ini Venezuela berharap bisa mengurangi jumlah orang yang kekurangan gizi (2 juta versi FAO).
Bermula dari Kuba
Pertanian “organopónico” berasal dari Kuba. Pada tahun 1989, ketika Uni Soviet runtuh, Kuba juga kehilangan parnert strategisnya untuk membangun ekonomi. Saat itu Kuba mengimpor 57% makanannya dari Uni-Soviet. Juga mengimpor festisida dan bahan bakar yang diperlukan untuk menggerakkan industri pertanian berskala besar.
Pada masa sulit itu, rakyat Kuba di kota-kota menanam di taman-taman kota secara organik. Inilah cikal bakal dari “organoponico”. Jadi, program ini tidak datang dari pemerintah, melainkan dari inisiatif rakyat Kuba yang terancam kelaparan.
Hal serupa juga sebetulnya muncul di negara-negara lain, termasuk di Eropa. Tetapi, yang cukup berbeda, pemerintah Kuba kemudian membantu rakyat memperluas dan mengembangkan sistem pertanian kota ini.
Saat ini, menurut klaim pemerintah Kuba, sebanyak 50% dari produk sayuran Kuba diproduksi dari kebun-kebun kota. Di akhir 2010, FAO menyebut Kuba sebagai salah satu negara yang sukses meningkatkan kualitas pemberian kalori dan protein untuk rakyatnya.
Di Havana, Ibukota Kuba, sebanyak 90% makananan segar diproduksi langsung oleh pertanian dan kebun-kebun kota.
Hebatnya lagi, demi menjaga kelangsungan tanah, pemerintah Kuba berhasil mengurangi penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia lainnya dalam pertanian. Kuba menyandarkan pertaniannya pada sistim pertanian organik.
Gangguan Sayap Kanan
Meskipun pertanian kota bisa menjadi model pembangunan kota alternatif, tetapi tidak semua kota di Venezuela menerima begitu saja program ini. Banyak yang mencibir program ini sebagai “populisme belaka”.
Sayap kanan venezuela, umumnya adalah kaum kaya, sering menertawakan program ini. Apalagi tenaga penggeraknya adalah rakyat miskin yang tinggal di barrio, yang dianggap hidup jorok dan tidak terawat.
Pada bulan-bulan pertama program ini, pihak oposisi telah menjadi “dalang utama” pengrusakan pertanian dan kebun kota. Orang-orang kaya juga terkadang mengeluhkan bau pupuk yang dipergunakan petani.
Setiap harinya, pers-pers kanan bercerita dan berkampanye bahwa sayuran dari taman kota tidak sehat dan tidak aman untuk dimakan. Terkadang, pekerja di pertanian kota menemukan ular berukuran besar yang diselipkan orang tak dikenal pada malam harinya. Pernah sekali, oposisi Venezuela sengaja melepas banyak kambing untuk merusak pertanian dan kebun-kebun kota itu.
Akhir-akhir ini serangan itu mulai mereda. Kebun kota sudah dianggap bagian dari keindahan kota dan diterima luas oleh rakyat di kota. Tetapi kritikan oposisi tidak mereda. Mereka menyindir Chavez, dengan menyarankan agar orang-orang miskin di barrio memelihara tanaman dan ayam di atas atap rumahnya.
Terus Berkembang
Sekarang, di bawah program AgroVenezuela, pertanian kota terus berkembang di kota-kota besar di Venezuela. Di Sacro Monte, pertanian kota dibangun di atas lahan seluas 6000 hektar bekas milik keluarga Rockefeller. Dulunya tanah itu dipakai untuk ternak kerbau dan kuda balapan.
Pertanian kota juga dijadikan jalur bagi Chavez untuk mengarahkan pertanian Venezuela menujud agroecology (pertanian ekologis). Pemerintah membangun Institut Paulo Freire untuk mengajari rakyat dan anak-anak petani mengenai pertanian ekologis.
Lebih hebat lagi, hampir semua proyek pertanian dan perkebunan kota sekarang dikelola dibawah proyek partisipasi demokrasi, yakni dewan-dewan komunal. Dewan komunal-lah yang mengorganisir dari sejak penanaman, pemeliharaan, pemanenan, hingga distribusi melalui supermarket-supermarket murah yang dikontrol dewan komunal.
Rakyat Venezuela, yang sebelumnya tidak begitu suka dengan sayuran, sekarang lebih suka membeli sayur-mayur karena masih segar dan murah. Ini juga mendorong perubahan pola konsumsi rakyat Venezuela. Banyak mengkonsumsi sayur telah berkontribusi pada penurunan penderita sakit jantung di Kuba dan Venezuela.
Tetapi selain urusan pangan, program pertanian kota di Venezuela bisa mengembalikan kehijauan dan kesegaran kota. Maklum, di bawah model pembangunan kapitalisme neoliberal, kota-kota di Venezuela telah bergelut dengan polusi dan udara kotor.
Sumber : www.berdikarionline.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar